Jumat, 30 Maret 2012

LEGENDA : Asal Usul Nama Madura


Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan besar di Pegunungan Tengger bernama Medang Kamulan. Pada zaman itu Medang Kamulan diperintah oleh Prabu Gilingwesi yang sangat dihomati dan ditaati rakyatnya. Raja dibantu seorang perdana menteri yang cerdik bernama Patih Pranggulang.
Meskipun Kerajaan Medang Kamulan adil dan makmur, ada satu hal yang membuat Prabu Gilingwesi agak bersusah hati. Putrinya yang cantik jelita bernama Raden Ayu Tunjungsekar tidak mau bersuami. Telah banyak lamaran dari para putra mahkota negara-negara tetangga. Namun, semuanya ditolak sang Putri dengan alasan belum waktunya berkeluarga.
Pada suatu malam, Tunjungsekar tidur amat pulas. Dalam tidurnya, ia bermimpi sedang berjalan-jalan ditengah kebun yang sangat indah. Ketika ia sedang menikmati keindahan itu, tiba-tiba bulan purnama muncul dilangit yang bersih tanpa awan. Ia sangat terpesona melihat sinar bulan yang amat lembut. Bulan purnama turun. Makin lama makin rendah. Tujungsekar heran melihat peristiwa itu. Setelah dekat, bulan itu masuk ke dalam tubuh Tunjungsekar. Pada saat itulah Tunjungsekar terbangun. Ia sangat terkejut.
Beberapa bulan sesudah bermimpi itu, Tunjungsekar hamil. Prabu Gilingwesi merasa sangat terpukul mendengar putrinya hamil tanpa suami. Tunjungsekar dipanggil menghadapnya. Tunjungsekar menjelaskan bahwa sebelum hamil,terlebih dahulu ia bermimpi ada bulan purnama masuk ke dalam tubuhnya. Akan tetapi, Prabu Gilingwesi tidak mempercayai pengakuan putrinya. Dengan muka merah, Baginda pun memanggil Patih Pranggulang. “ Patih “, kata raja dengan sangat marah,”bawalah Tunjungsekar ke hutan. Kemudian, bunuhlah ia sebagai hukuman atas dosanya mencemarkan kehormatan negara!”
Patih Pranggulang segera berangkat bersama Tunjungsekar menuju hutan. “Ki Patih”, ujar Tunjungsekar,” silakan hukuman mati untukku kau laksanakan. Tetapi ingat, kalau aku tidak bersalah, engkau tidak akan bisa membunuhku.”
Patih Pranggulang menghunus pedangnya, lalu membacokkan ke tubuh Tunjungsekar. Aneh, sebelum menyentuh tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu, tetapi semuanya gagal. Patih Pranggulang menyimpulkan dalam hati bahwa Tunjungsekar tidak bersalah. Katanya, “Tuan Putri sebaiknya pergi dari tempat ini. Saya akan membuatkan rakit untuk Tuan Putri naiki menyeberangi laut. Saya sendiri tidak akan kembali ke keraton. Saya akan bertapa sambil mendoakan Tuan Putri agar selalu selamat.”
Setelah rakit itu jadi, Tunjungsekar naik ke atasnya. Perlahan-lahan rakit itu begerak meninggalkan pantai. Makin lama makin jauh ke tengah laut. Patih Pranggulang dengan mata hampir tidak berkedip memperhatikan rakit yang dinaiki sang putri. Setelah malam tiba, Patih Pranggulang masuk ke hutan. Sejak itu, ia mengganti namanya menjadi Kepoleng.
Pada suatu malam, bulan sedang purnama. Cahaya bulan menerangi laut yang hitam kebiru-biruan. Pada malam yang indah itu, Tunjungsekar melahirkan seorang bayi laki-laki tampan. Karena bayi itu lahir di tengah laut, Tunjungsekar memberinya nama Raden Sagara. Sagara artinya laut.
Beberapa hari kemudian, rakit yang ditumpangi Tunjungsekar merapat ke pantai sebuah pulau. Dengan sangat gembira Tunjungsekar segera turun ke darat sambil menggendong putranya. Ketika tiba di darat, sebuah keajaiban terjadi. Raden Sagara meloncat ke tanah sambil berlari ke sana kemari.
Perjalanannya tiba di sebuah tanah lapang yang luas. Tanah lapang yang luas dalam bahasa Madura disebut ra-ara. Di tanah lapang itu, Raden Sagara melihat sebatang pohon cukup rindang. Ia mendekati pohon itu. Di dahan paling rendah ada sarang lebah yang cukup besar. Ketika Raden Sagara mendekat, lebah-lebah itu beterbangan menjauh. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Raden Sagara mengambil madu dan menikmatinya bersama ibunya.
Karena mereka menemukan madu di tanah lapang yang luas (ra-ara), tempat itu kemudian diberi nama Madura yang berasal dari kata maddu e ra-ara. Artinya ‘madu di tanah lapang yang luas’
Selanjutnya, Tunjungsekar bersama putranya tinggal di pulau itu. Setelah dewasa, Raden Sagara naik tahta sebagai raja yang memerintah di Pulau Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar